Sobat Pintar, apakah kamu melihat sesuatu yang aneh pada alat kelamin kucing jantan peliharaan? Bisa jadi itu adalah cryptorchidism pada kucing.
Meskipun tidak membuat penderitanya merasa sakit, tetapi jika dibiarkan begitu saja maka kelainan ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang cukup serius.
Jadi apa itu cryptorchidism? Merupakan sebuah kondisi dimana testis tidak turun ke dalam pembungkusnya (skrotum) dan tetap tinggal di rongga perut.
Pada hewan jantan, testis termasuk organ penting yang memiliki peran dalam kegiatan reproduksi dan aktivitas hormonal lainnya. Supaya lebih paham mengenai cryptorchidism, kamu dapat menyimak informasi berikut.
Daftar Isi
Penyebab Cryptorchidism Pada Kucing
Testis didefinisikan sebagai organ vital yang berfungsi memproduksi hormon seksual dan sperma pada jantan primer. Namun terkadang hewan seperti kucing lumayan sering mengalami cryptorchidism, kondisi dimana salah satu atau dua testis tidak turun ke kantung testis.
Normalnya ketika kucing jantan memasuki usia dua bulan, testis akan turun ke skrotum. Namun jika pada usia 2-6 bulan testis masih tidak teraba di kantong skrotum, maka kucing akan dinyatakan menderita cryptorchidism.
Testis yang tidak turun biasanya tidak berkembang dan tidak berfungsi, meskipun merupakan sumber masalah potensial di kemudian hari jika tidak diangkat.
Bagaimana testis kucing jantan seharusnya turun? Saat anak kucing berkembang, baik di dalam rahim atau setelah lahir, testis turun dari perut ke skrotum melalui icin inguinal yang tampak seperti dua lubang kecil di pangkal paha.
Kemudian mengendap dalam kantong skrotum yang ada di sisi kiri dan kanan. Biasanya dokter hewan akan memeriksa kucing untuk melihat apakah kedua testis sudah turun dengan benar sebelum mensterilkan mereka.
Jika perkembangan yang tepat telah terjadi, maka akan lebih mudah bagi dokter hewan merasakan testis dalam skrotum.
Lalu, apa saja hal yang menyebabkan Cryptorchidism pada kucing? Penyebab cryptorchidism sampai saat ini masih belum jelas, namun ada dugaan bahwa faktor keturunan lah yang menjadi pemicu utamanya.
Kondisi ini lebih sering muncul pada kucing Himalaya, Anggora dan Persia, atau kucing jenis lainnya yang berasal dari ras murni. Sedangkan pada kucing lokal atau domestik sangat jarang terjadi kasus ini.
Untuk keseluruhan kasus yang terjadi pada kucing jantan paling hanya dijumpai sebanyak dua persen dari populasinya saja.
Cryptorchidism dibedakan berdasarkan jumlah testis yang tidak berada di dalam skrotum. Jika hanya satu testis maka kondisi tersebut dinamakan dengan unilateral cryptorchidism.
Sedangkan bila kedua testis tidak turun maka keadaan tersebut disebut dengan istilah bilateral cryptorchidism. Pada hasil penelitian di luar, unilateral cryptorchidism lebih banyak ditemukan daripada bilateral cryptorchidism, dengan perbandingan sebanyak 75 persen banding 25 persen.
Nah, untuk testis yang lebih sering tidak turun ke kantung skrotum adalah yang ada di bagian kanan.
Cara Mendiagnosa Cryptorchidism Pada Kucing
Diagnosis sering dibuat pada kucing yang sehat ketika kamu membawanya ke dokter hewan untuk pengebirian rutin. Pemilik memang sering tidak menyadari masalah ini.
Dilansir dari PetMD dan VCA Hospitals, kucing dengan kondisi cryptorchidism memiliki gejala umum yang berkaitan dengan perilaku spraying atau penandaan wilayah, agresivitas, dan aroma khas.
Mereka umumnya lebih tidak menampakkan gejala pada awal kejadian, itu karena rasa sakit baru akan muncul saat mengalami komplikasi akibat testis yang tertinggal dalam rongga perut. Jika dibiarkan, hal ini dapat memicu penyakit kanker.
Tes laboratorium umumnya tidak diperlukan untuk membuat diagnosis, tapi bila hewan peliharaan kamu mempunyai bilateral cryptorchidism maka akan sulit menentukan. Kecuali jika kamu memiliki seluruh riwayat medis yang lengkap.
Selain itu, kamu juga dapat melakukan pemeriksaan ultrasonografi dalam membantu diagnosis kasus-kasus tersebut. Dalam hal ini akan dilakukan pengukuran kadar testosteron darah pada kucing jantan.
Cara Mencegah Dan Merawat Cryptorchidism Pada Kucing
Berdasarkan laporan dari VCA Hospitals, kasus kucing yang terkena penyakit cryptorchidism dapat mendapatkan terapi berupa pengambilan testis atau dikenal dengan operasi sterilisasi.
Perawatan ini dapat memberikan manfaat seperti mencegah perkembangan kanker pada testis yang tertinggal di rongga perut serta memutus mata rantai generasi yang cacat genetik.
Apabila kucing kesayangan kamu juga mengalami kondisi tersebut, maka jangan ragu menghubungi dokter hewan.
Lakukan konsultasi dan dapatkan informasi akurat seputar kelainan tersebut, berikut cara merawatnya. Kesempatan kucing kesayangan untuk tetap hidup sehat akan semakin besar bila kamu lebih cepat menanganinya.
Ini adalah pengobatan pilihan yang direkomendasikan dokter hewan. Sayatan mungkin dilakukan pada bagian perut atau di kulit inguinal, tergantung dimana testis tidak turun terletak.
Setelah hewan peliharaan kamu pulang dari pengobatan, biarkan ia tetap diam dalam ruangan sampai sembuh atau paling tidak selama dua minggu. Jangan biarkan kucing bergerak terlalu banyak, apalagi sampai melakukan aktivitas berlebihan.
Kamu dapat memantau sayatan setiap hari untuk melihat apakah ada keluar cairan, bengkak, atau tanda kemerahan. Pastikan hewan peliharaan kamu tidak mengunyah atau menjilat tempat sayatan ya.
Kamu harus menghentikannya supaya tidak terjadi infeksi yang membuat kucing sakit. Jangan lengah apalagi sampai menyepelekan kejadian ini.
Kesimpulan
Cryptorchidism memang tidak membuat kucing yang penderitanya merasakan sakit sampai muncul masalah kesehatan di kemudian hari. Seperti tumor ganas atau kanker pada anjing atau kucing itu sendiri.
Maka dari itu Cryptorchidism pada kucing harus segera ditangani. Cryptorchidism adalah penyakit bawaan dan kejadiannya tidak dapat dicegah pada hewan, tapi bisa dikurangi secara keseluruhan dengan sterilisasi. Semoga informasi di atas bermanfaat bagi Sobat Pintar sekalian.
Jika kamu suka dengan artikel PintarPet, jangan lupa bagikan artikel ini ke seluruh dunia dan follow juga Instagram @pintarpet untuk tahu informasi tentang Kucing terbaru lainnya!
Baca juga artikel menarik berikut:
Perhatian: Informasi ini dihimpun dari beberapa sumber. Tim PintarPet tidak bertanggung jawab atas cidera, kematian, kerusakan atau kerugian langsung maupun tidak langsung, materiil dan immateriil yang disebabkan oleh informasi yang kami berikan. Untuk informasi dan tindakan lebih lanjut, sebaiknya kamu bisa mengkonsultasikannya dengan dokter hewan terdekat.
Komentar
KLIK UNTUK KOMENTAR